Makkah Menghijau, Fenomena Alam yang Mendingin

 


Situasi dataran Makkah, Arab Saudi, yang kelihatan hijau dan tidak terlihat seperti daerah gurun pasir trending di sosial media. Lanscape Makkah yang hijau menunjukkan situasi tidak biasa.

Rumput-rumput kelihatan mulai penuhi daratan yang umum tandus selesai diguyur hujan terus-terusan. Antara rekaman video yang ada, kelihatan unta-unta berakhir lalang di tengah-tengah situasi pegunungan Makkah yang tertutup rumput hijau.

"Pegunungan di Makkah diselimuti tanaman hijau sesudah hujan belakangan ini," catat account @theholymosques yang tampilkan video lanscape hijau Makkah, dikutip Senin (9/1/2023).

1. Dihubungkan dengan kiamat


Ciutan ini mengundang beragam spekualisi dan ketakjuban netizen masalah peristiwa alam ini. Cukup banyak yang kagum pada keelokan peralihan alam yang terjadi, tetapi banyak pula yang menyangkutkannya dengan akhir dunia alias kiamat yang telah terdaftar dalam kitab suci Al-Quran.

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW, diterangkan jika kiamat memang tidak bisa terjadi bila tanah Arab belum kembali menghijau.

"Tidak datang hari Kiamat sampai tanah Arab kembali hijau sarat dengan tumbuhan dan sungai-sungai." ( HR Muslim)

2. Satelit NASA tangkap peralihan keadaan ini


Secara ilmiah keadaan ini diterangkan oleh Arabia Weather. Diterangkan jika di luar angkasa kelihatan tanah Makkah, Jeddah, dan Madinah beralih menjadi teritori hijau selesai diguyur hujan beruntun.

Photo dari satelit Terra punya Tubuh Antariksa Amerika (NASA) menunjukkan ruangan hijau yang tutupi banyak wilayah Arab Saudi sisi barat, yang sejauh ini dikenali sebagai tempat dengan cuaca gurun yang kering.

3. Dampak dari curahan hujan yang tinggi


Beralihnya tanah tandus jadi hijau di Arab Saudi, terjadi sesudah negara tersebut dirundung hujan terus-terusan semenjak Desember 2022.

Karena curahan hujan yang berlimpah, khususnya di daerah barat Arab Saudi, ada teritori hijau yang luas dengan tidak biasa sebagai akibatnya karena curahan hujan yang tidak biasa. Tempat hijau terpusat di Arab Saudi sisi barat karena cuaca hangat di situ bertepatan dengan hujan.

Kesimpulan

Dalam sebuah study dengan judul Analysis of Climate Change Impacts on the Food Sistem Security of Saudi Arabia ungkap peralihan curahan hujan dan temperatur dari 1967 sampai 2016 atau masa 50 tahun dan memprediksi dampak khusus fluktuasi temperatur pada produksi pangan.

Analitis itu mendapati temperatur rerata sudah bertambah sejumlah 1,9 derajat Celcius sepanjang lima dasawarsa paling akhir, dengan kenaikan paling tinggi terjadi sepanjang musim panas.

Dalam study yang lain dicatat periset dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Jeremy S. Pal dan Elfatih A. B. Eltahir, disebut jika daerah Jeddah dan Mekkah diprediksikan akan capai temperatur optimal masing-masing 33 dan 32 derajat Celcius pada keadaan kelembapan optimal atau 100 % (TWmax).

Disamping itu, Tmax (keadaan kelembapan minimum atau kering) tahunan capai 55 derajat Celcius.

Study dengan judul Future temperature in southwest Asia proyeked to exceed a threshold for human adaptability yang diedarkan di jurnal berprestise Nature pada 2015 ini memproyeksikan suhu itu untuk masa 2071 sampai 2100 sebagai imbas dari peralihan cuaca global.

"Kami memproyeksikan memakai replikasi mode cuaca regional memiliki resolusi tinggi yang ekstrm jika temperatur wet-bulb di daerah disekitaran Teluk Arab condong dekati dan melewati tingkat krisis ini di bawah scenario fokus gas rumah kaca standard di masa datang," kata periset.

"Hasil [studi] kami ungkap beberapa titik panas regional tertentu jika peralihan cuaca, dengan tiadanya mitigasi yang berarti, peluang akan berpengaruh kronis [terhadap] pantas huni atau tidak manusia di masa datang," lanjut team.

Pal dan Eltahir menyebutkan suhu berlebihan itu akan berpengaruh pada Saudi, satu diantaranya kegiatan haji yang dikerjakan tiap tahun yang mengikutsertakan nyaris dua juta orang.

"Ritus umat Muslim di luar ruang condong jadi beresiko untuk kesehatan manusia, khususnya untuk jamaah yang telah lansia, saat penerapan beribadah haji sepanjang musim panas boreal," kata beberapa periset.

Negara gurun 

Disamping itu, Tmax tidak melewati 55 derajat C, terkecuali di sejumlah lokasi di mana temperatur sekarang ini telah kronis.

Beberapa pakar merekomendasikan kegiatan di daerah terimbas diarahkan ke ruang. Hal tersebut akan mengisap banyak listrik, seperti pemakaian AC. Tetapi, itu dipandang tidak berpengaruh banyak pada negara maju minyak.

Sementara, hal berlainan peluang akan terjadi di beberapa negara Asia Barat Daya yang relatif miskin yang masyarakatnya banyak yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap.

Misalkan, TWmax di daerah pesisir Yaman di wilayah sekitaran Al-Hudaydah dan Aden diprediksikan capai sekitaran 33 derajat C pada beberapa tahun berlebihan.

Dengan keadaan semacam itu, peralihan cuaca mempunyai potensi akan mengakibatkan kematian pada anak-anak dan lanjut usia di daerah miskin.


Posting Komentar